Waspada.co.id, WASHINGTON DC – Media Amerika Serikat (AS) melaporkan Rusia telah meminta bantuan peralatan militer dari China sejak invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Laporan dari Financial Times dan Washington Post pada Minggu (13/3) ini, mengutip pejabat Amerika Serikat (AS) yang tidak disebutkan namanya.
Rusia, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi khusus”, dan China telah mempererat kerja sama karena mereka mendapat tekanan kuat Barat atas hak asasi manusia dan serangkaian masalah lainnya.
Hingga kini, Beijing tidak mengutuk serangan Rusia dan tidak menyebutnya sebagai invasi, tetapi telah mendesak solusi yang dinegosiasikan.
Sementara, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih menolak berkomentar terkait laporan tersebut.
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan yang pada Senin (14/3) akan berada di Roma untuk bertemu dengan diplomat China Yang Jiechi.
The Washington Post mengatakan para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya itu tidak menyebutkan jenis persenjataan yang diminta atau bagaimana tanggapan China.
Sedangkan, seorang juru bicara kedutaan besar China untuk AS menolak laporan media terkait permintaan dukungan peralatan militer dan dukungan logistik dari Moskow.
Juru Bicara Kedutaan Liu Pengyu mengatakan bahwa “belum pernah mendengar tentang itu”. Menurutnya, tujuan China adalah untuk menjaga operasi militer khusus Kremlin di Ukraina agar tidak lepas kendali.
“Situasi saat ini di Ukraina memang membingungkan,” kata diplomat China itu dalam menanggapi Reuters. “Prioritas tinggi sekarang adalah mencegah situasi tegang meningkat atau bahkan lepas kendali.” (okezone/d1)
Discussion about this post