Melalui niat dan keikhlasannya, Wahyu terus mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Pada tahun 2017, dirinya yang dipercayakan sebagai Bhabinkamtibmas di Kelurahan Paya Pasir, merasa miris dengan kondisi petani yang tersandera dengan hasil pertanian dikuasai oleh tengkulak atau agen yang memasarkan sayur mayur, ia pun mengajak para petani untuk menjual dagangan sendiri dengan penghasilan tanpa dimonopoli.
Usaha dan niat Wahyu mengajak para petani memasarkan sayuran membuahkan hasil. Ia pun membuka Gudang Sayur Kamtibmas di Marelan. Sehingga, para petani tidak lagi memperoleh keuntungan kecil dari hasil pertanian mereka.
Usaha sayur yang dijalani Wahyu tidak hanya sebatas bisnis. Polisi kelahiran Aceh ini mengajak dan membina para korban Narkoba untuk bisa bekerja dengannya. Alhamdulillah, kesejahteraan para petani dan pedagang sayur masa itu mulai dirasakan sejalan dengan pecandu narkoba mulai merubah perbuatannya ke arah lebih baik. Tak hanya itu, di balik keuntungan hasil usahanya. Wahyu pun membantu pendidikan anak-anak petani kurang mampu dan membuka rumah tahfidz bagi anak-anak di wilayah tempat kerjanya.
Sejak itulah, Wahyu memiliki sosok peduli dengan masyarakat dengan memiliki kegiatan berjualan sayur dikenal akrab dengan sapaan ‘Polisi Sayur’. Polisi memiliki empat orang anak ini pun menoreh sejumlah penghargaan pada masa itu.
Pengabdian yang dilakukan Wahyu menjadi sorotan Kapolres Pelabuhan Belawan, Kapolda Sumut dan Kapolri hingga diundang ke Jakarta untuk mengisi acara di televisi swasta.
“Aku benar-benar tak menyangka pada masa itu. Yang pasti, semua itu ikhlas aku lakukan dengan uang pribadi dari hasil gaji yang aku sisihkan,” ucap Wahyu dengan rendah hati, Senin (27/6).
Pada tahun 2019, ‘Polisi Sayur‘ ini dipindahkan menjadi Bhabinkamtibmas di Kelurahan Labuhandeli. Sosoknya yang peduli dengan masyarakat tetap saja dilakukannya di sela-sela kesibukannya menjadi abdi negara di Korps Bhayangkara.
Di tempat tugas yang baru dengan mayoritas masyarakat nelayan, Wahyu kembali mengabdi dengan membuka Rumah Tafidz Quran dengan nama Annur yang singkatan dari nama ayahnya Nurdin digabung dengan nama Nuryadi yang turut membantunya mendirikan pendidikan agama Islam tersebut.
Selain itu, polisi berusia 39 tahun ini mendirikan Taman Bacaan Anak Nelayan (Tamban) Kamtibmas di pinggir benteng Sungai Deli. Setiap hari, sekitar 15 hingga 20 anak nelayan ikut belajar di lembaga pendidikan non formal yang didirikannya.
“Alhamdulillah, anak-anak nelayan ini sampai sekarang masih belajar di taman bacaan yang saya dirikan. Bahkan, ada dari mereka sudah ikut ujian paket A, B dan C,” ungkap Wahyu.
Sungguh menginspirasi pengabdian yang dilakukan ‘Polisi Sayur’ ini. Ia telah menyelamatkan pendidikan anak-anak kurang mampu dengan dibantu guru-guru yang sukarela mengajari anak-anak tersebut.
Discussion about this post