MEDAN, Waspada.co.id – Sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat pasca perayaan Idul Adha 1443 H terpantau masih bertahan mahal. Belum ada banyak yang berubah.
Sebagai contoh, untuk cabai merah di Kota Medan masih di kisaran Rp80-Rp90 ribuan per Kg, stabil dengan kecenderungan turun. Namun untuk cabai rawit harganya naik hingga menyentuh Rp110 ribu per Kg di sejumlah pasar tradisional di Medan. Padahal di akhir pekan lalu masih di kisaran Rp80 ribuan Per Kg.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan untuk sejumlah komoditas lainnya, seperti bawang merah juga terpantau mengalami kenaikan.
“Harga bawang merah dijual dalam rentang Rp50 hingga Rp60 ribu per Kg. Sementara itu, sejumlah harga kebutuhan pokok atau sembako lainnya terpantau masih bergerak stabil. Untuk harga daging sapi bahkan tidak bergeming, baik menjelang perayaan Idul Adha hingga saat Idul Adha usai,” tuturnya, Selasa (12/7).
Di Sumut harga daging sapi beragam, dalam rentang Rp105 hingga Rp150 ribu per Kg. Daging sapi paling murah dijual di Siantar, sementara paling mahal ada di P.Sidempuan yang harganya berkisar Rp150 ribu per Kg nya.
Lalu, daging sapi nyaris tidak terpengaruh perayaan Idul Adha. Jauh hari sudah terpantau bahwa harga daging sapi berpeluang untuk tidak bergejolak, sekalipun merebaknya penyakit mulut dan kuku.
“Sampai saat ini, belum terlihat apakah harga sejumlah kebutuhan pokok tersebut berpeluang untuk kembali turun dalam waktu dekat ini. Dari yang kita pantau sejauh ini, pelemahan rupiah justru berpeluang mendorong kenaikan sejumlah bahan kebutuhan pokok khususnya bawang putih dan daging sapi. Sementara itu, harga cabai di luar provinsi Sumut masih ada yang bertengger di atas Rp120 ribu per Kg,” ungkapnya.
Jadi lagi lagi harga sejumlah kebutuhan masyarakat sulit untuk bergerak turun, jika tarikan harga dari luar masih terus terjadi. Di sisi lain, mahalnya harga pupuk belakangan ini juga turut menjadi masalah di hulu, yang bisa memicu penurunan produktifitas produk pertanian, pupuk yang mahal sejauh ini disiasati dengan menggantinya ke pupuk organik.
“Dari hasil penulusuran di lapangan, pupuk organik memang mampu memberikan kontribusi pada peningkatan produktifitas seperti halnya pupuk kimia. Hanya saja, kelemahannya terletak pada efektifitas yang tidak bisa didapat secara instan. Kalau pupuk kimia langsung memberikan hasil terhadap tumbuh kembang tanaman. Tetapi organik ini butuh waktu yang lebih lama meskipun ramah lingkungan,” ungkapnya.
Jadi memang dalam jangka panjang pupuk organik ini bisa memberikan banyak manfaat bagi tanaman, Namun saat ini kita juga tengah berupaya untuk mengukur ketersediaan stok serta harga kebutuhan pokok dalam jangka pendek. Jadi kita harapkan pemerintah bisa mencari solusi masalah ini. Mengingat Pupuk kimia masih mahal harganya dipicu perang Rusia – Ukraina.
“Pemerintah harus lakukan pendampingan kepada petani untuk memastikan tanamannya tetap memberikan kontribusi panen yang maksimal. Agar harga tidak naik dalam jangka pendek. Jadi masih ada gap di sini, dan dilema tengah kita hadapi bersama baik di tingkat petani, hingga tingkat pengambil kebijakan di pemerintahan pusat,” tandasnya.(wol/eko/d1)
Discussion about this post