Waspada.co.id – Penggunaan media sebagai sarana mencari pundi-pundi penghasilan lagi marak-maraknya di era 5.0 ini. Semua orang berlomba-lomba mengunggah aktivitas kesehariannya bahkan tak jarang yang diunggah itu adalah justru menjadi ajang pamer yang dimilikinya. Baik itu pamer penghasilan, pencapaian maupun pamer kecantikan.
Setiap orang memiliki hak yang sama untuk mengutarakan dan mengungkapkan sesuatu baik itu secara langsung melalui lisan maupun melalui perantara media. Namun, untuk seorang akademika harus memikirkan matang-matang terlebih dahulu sebelum memposting sebuah unggahan. Terutama dalam bentuk video yang dikenal sekarang dengan kanal youtube ataupun di kanal tiktok.
Tentu khalayak sekarang sudah tidak asing dengan media massa bentuk web video sharing youtube ini, begitu juga dengan tiktok sebagai aplikasi jejaring sosial bentuk video music dengan durasi waktu pendek. Namun sekarang yang menjadi pertanyaan adalah: “Apakah unggahannya memberikan manfaat atau justru akan merugikan?” Sebuah pertanyaan yang harus ditelaah terlebih dahulu sebelum unggahan naik.
Akan jauh lebih baik dan lebih menarik ketika insan akademika terutama mahasiswa untuk berlomba-lomba menjadikan youtube maupun tiktok sebagai media belajar dan media pembelajaran. Belajar adalah suatu proses memahami dan menggali suatu materi, pemahaman, ataupun informasi yang kemudian diolah menjadi suatu pandangan baru. Sedangkan kata media berasal dari Bahasa latin yaitu medius yang berarti perantara atau pengantar. Sehingga media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dapat diperoleh dari manusia, materi, maupun teknologi dan informasi (Arsyad, 2017).
Media pembelajaran dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru. Selain itu, dapat juga menambah motivasi dan merangsang kegiatan belajar. Melalui media suatu data akan tersaji lebih menarik, terpercaya, memudahkan penafsiran serta membantu keefektivan pesan dan isi yang ingin disampaikan (Kustandi dan Darmawan, 2020). Beberapa kurun waktu terakhir pemanfaatan media youtube dan tiktok belum semarak saat ini.
Namun karena perubahan zaman yang begitu cepat media pembelajaran yang dulunya hanya seputar kertas, buku, alat peraga, dan bahan-bahan yang tersedia di alam yang memakan biaya banyak dan menyita waktu dalam pencarian telah berubah menjadi lebih efektif dan efisien dengan menunjukkan video saja. Namun begitu, ada materi pembelajaran tertentu yang tidak dapat digantikan melalui video saja. Sehingga perlu Analisa dan kecerdasan dalam memilih media pembelajaran yang sesuai untuk bidang yang akan disampaikan.
Ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari di youtube dan ada banyak hal yang bisa diunggah sebagai pembelajaran. Sejatinya mengunggah hal baik di media merupakan satu jalan untuk mengajarkan dan mengamalkan apa yang diperoleh dalam perkuliahan. Begitu juga sebaliknya, akan menjadi dosa jariyah jika yang diunggah hal-hal yang tidak sepatutnya. Sebagai seorang mahasiswa sudah semestinya memiliki daya kreatifitas dan imajinasi yang tinggi. Karena proses peningkatan pola berfikir akan terus terasah jika terbiasa melakukan kreatifitas dan inovasi terbaru.
Agar apa yang diunggah bermanfaat hendaknya memiliki nilai tambah pengetahuan untuk sasaran unggahan tersebut. Karena kreatifitas manusia tidak terbatas sehingga hampir setiap harinya manusia disuguhkan oleh media-media dari berbagai genre. Mulai dari hiburan, drama, pegetahuan, dan inovasi terbarukan. Oleh karenanya mahasiswa sebagai agent of change harus update setiap informasi terbaru. Tidak hanya sebagai penikmat dari suguhan-suguhan media akan tetapi harus mampu menjadi trendsetter dari sebuah informasi terbaru.
Secara harfiah arti kata dari trendsetter adalah pencipta tren. Untuk menjadi trendsetter harus mampu bersaing dengan pemikiran-pemikiran yang memiliki daya saing besar. Kemampuan berpikir kreatif, inovatif dan kritis tidak dimiliki oleh semua orang. Sehingga proses berfikir sejalan dengan tingkat kecerdasan dan juga konsentrasi yang dimiliki seseorang. Mengunggah sesuatu di youtube maupun di tiktok bagian dari upaya untuk mempengaruhi pandangan khalayak maya. Penyampaian pesan yang diunggah harus menarik perhatian audien dan layak diterima dengan akal pikiran manusia.
Ahli psikologi Carl Hovland mengatakan penyampaian pesan (komunikasi) memiliki 2 jenis kredibilitas. Pertama, keahlian (Expertness) dan kedua, sifat (Character). Keahlian yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan memiliki pemahaman terhadap apa yang mereka sampaikan. Sedangkan sifat atau karakter ditentukan berdasarkan kejujuran dan ketulusan dari sumber pesan.
Selain itu Hovland juga menyatakan bahwa pesan yang berasal dari kredibilitas yang tinggi menghasilkan perubahan pandangan yang lebih besar dibandingkan dengan pesan yang berasal dari kredibilitas rendah. Lebih lanjut dalam buku Psikologi Komunikasi Karya Morissan, M.A digambarkan bahwa seorang sarjana mampu menghasilkan perubahan pendapat yang lebih besar dibandingkan dengan pandangan yang disampaikan orang yang tidak memiliki gelar akademik.
Youtube dan tiktok adalah salah satu jalan untuk melakukan komunikasi dengan jagat maya. Ketersediaan media ini salah satu keuntungan besar bagi Gen Z dan Gen Alpha. Gen Z yaitu generasi yang lahir dari rentang tahun 1996 – 2010. Sedangkan Gen Alpha adalah generasi yang lahir setelah tahun 2010. Namun, sebagai individu yang mengenyam dunia Pendidikan harus memperhatikan agama dan etika sebelum melakukan sesuatu. Agama dan etika adalah dua hal yang saling mengisi. Agama adalah pegangan manusia sebagai pengendali diri, sedangkan etika merupakan cara merefleksikan ajaran moral.
Menurut James H. Moore ada dua etika yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan teknologi informasi yaitu pertama, waspada dan kedua, sadar. Waspada disini dapat diartikan sebagai kehati-hatian dalam mengunggah sesuatu dengan melihat kebaikan dan keburukan yang ditimbulkan dari efek unggahan tersebut. Sedangkan, sadar maksudnya adalah tahu atau faham akan materi yang disampaikan dalam unggahan berdasarkan pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh.
Dalam dunia Pendidikan kanal youtube dan tiktok dapat dijadikan sebagai media pembelajaran tidak hanya pada bidang sosial dan komunikasi akan tetapi, juga dapat digunakan pada bidang eksakta seperti Biologi, Fisika maupun Kimia. Penulis yang berkecimpung dalam dunia Biologi mengakui keberadaan kanal youtube sangat membantu dalam mengilustrasikan materi perkuliahan dan memudahkan dalam memberikan penugasan-penugasan pada mahasiswa.
Untuk melihat tingkat keberhasilan penggunaan media youtube dan tiktok sebagai media pembelajaran dapat ditinjau dari evaluasi kemajuan belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, meninjau efektivitas dari penerapan metode pembelajaran, keaktifan mahasiswa dalam belajar mandiri maupun kelompok, adanya umpan balik antara mahasiswa dan dosen untuk perbaikan pembelajaran berikutnya dan yang terakhir adalah melalui Tes Hasil Belajar (THB).
Hasil kemampuan belajar mahasiswa dapat diukur melalui pre-tes pada awal perkuliahan sebagai kondisi awal dan post-tes diakhir perkuliahan sebagai hasil akhir dari pembelajaran. Dengan demikian media pembelajaran melaui youtube dan tiktok adalah salah satu media yang dapat dimaksimalkan penggunaannya oleh para akademisi. Harapannya khalayak tidak lagi terfokus dengan unggahan-unggahan yang bernilai negatif dan merugikan generasi muda.
*Dosen UIN Syahada Padangsidempuan, Fitri Nirwana Hasibuan SPrt MSi
Discussion about this post