MEDAN, Waspada.co.id – Setelah kenaikan harga BBM sebesar 30% lebih, harga kebutuhan pangan masyarakat di wilayah Sumatera Utara belum mengalami kenaikan harga yang signifikan.
Terlihat semuanya masih dalam rentang fluktuasi yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan fluktuasi harga sebelum harga BBM subsidi dinaikkan.
Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin menuturkan bahkan dengan penurunan harga cabai merah yang turun tajam belakangan ini, dan masih menyisahkan ruang untuk penurunan harga selanjutnya.
“Maka saya menilai untuk kebutuhan pangan jenis sembako masih akan menciptakan deflasi di bulan September ini. Meskipun sejumlah harga kebutuhan pangan lainnya masih berpeluang untuk mengalami peningkatan,” tuturnya, Selasa (13/9).
Walau demikian, sejauh ini melihat sejumlah kebutuhan harga pangan yang terbentuk saat ini masih akan menciptakan deflasi nantinya. Namun deflasi yang terbentuk dari komoditas pangan, tidak akan mampu mengimbangi inflasi yang naik akibat kenaikan harga BBM sebelumnya.
“Di mana kenaikan harga BBM telah mengakibatkan kenaikan harga sejumlah kebutuhan masyarakat lainnya,” katanya.
Tetapi inflasi setelah kenaikan harga BBM tersebut menjadi tidak sebesar yang kita kuatirkan sebelumnya. Karena kontribusi penurunan harga cabai terhadap inflasi ini cukup signifikan. Sehingga inflasi di September akan lebih rendah dari perkiraan awal, dikarenakan harga cabai mengalami penurunan yang sangat besar.
“Saya memperkirakan di bulan September ini, Sumut berpeluang mencetak inflasi sebesar 0,87%. Sementara dampak kenaikan harga BBM sendiri terhadap pembentukan inflasi di wilayah Sumut saya perkirakan bisa mencapai 1,78%. Dan dampak dari kenaikan harga BBM subsidi sebelumnya akan berpengaruh terhadap pembentukan inflasi setidaknya hingga 7 pekan yang akan datang,” jelasnya.
“Kenaikan harga BBM di bulan September ini telah membuyarkan harapan terbentuknya deflasi. Karena jika harga BBM tidak dinaikan, dan harga cabai merah bertahan di level yang saat ini hingga tutup bulan (47 hingga 55 ribu per Kg). Maka Sumut sangat berpeluang menciptakan deflasi dalam rentang 0.5% hinga 0.7%. Nah harapan tersbeut sudah musnah, apa boleh buat BBM subsidi sudah dinaikkan,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post