MEDAN, Waspada.co.id – Mulai maraknya para pengamen jalanan dengan mencat tubuhnya berwarna silver atau yang lebih kita kenal dengan sebutan “manusia silver” ini menimbulkan banyak pro dan kontra dikalangan masyarakat.
Terutama, banyak di antara manusia silver ini merupakan anak-anak di bawah umur yang mencari rupiah dengan meminta kepada pengendara di persimpangan jalan. Sembari membawa kotak uang dengan lumuran cat perak di sekujur tubuh, mereka melakukan atraksi disaat lampu merah menyala demi keberlangsungan hidupnya.
Dengan tubuh yang sudah dipenuhi cat, Salah seorang manusia silver yang berada di persimpangan lampu merah Jalan SM Raja, Kota Medan, Ari, mengatakan menjadi seorang manusia silver bukanlah sebuah paksaan, melainkan memang kemauannya sendiri.
“Menjadi manusia silver ini aku ikut-ikut kawan, dan sudah tidak sekolah lagi. Selain di lampu merah sini aku kadang juga di lampu merah Johor kalau orang daerah sini udah bosan liatnya.” Sebut pria berusia 20 tahun ini saat disambangi Waspada Online, beberapa waktu yang lalu.
Dalam sehari, Ari mengaku bisa memperoleh hingga Rp150 ribu jika ramai, namun jika kondisinya sepi hanya mendapatkan Rp50 ribu saja. “Kalau kami bekerja mulai pukul 13.00 hingga 19.00 WIB,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa untuk menjadi manusia silver harus mengeluarkan modal terlebih dahulu guna membeli cat dan thinner seharga Rp15 ribu, untuk dua kali pemakaian.
Di samping itu, para manusia silver sering merasa perih dan luka-luka akibat lumuran cat silver tersebut. Hal ini kerap sekali dirasakan oleh mereka, namun lambat laun menjadi terbiasa. Banyak tantangan yang tentu mereka lalui, panas teriknya matahari hingga kejar-kejaran dengan Satpol PP sudah menjadi makanan tiap harinya. (wol/zik/syifa/d1)
Discussion about this post