MEDAN, Waspada.co.id – Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Musa Rajekshah menggelar Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting dengan mengumpulkan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Sumut terkait di Ruang Rapat Wakil Gubernur, Senin (5/9).
Dalam kesempatan itu, Ijeck yang juga sapaan akrab Musa Rajekshah meminta seluruh OPD yang hadir untuk saling berkomunikasi demi keberhasilan penurunan angka stunting yang berefek kepada kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, stunting terjadi tidak hanya karena masalah non kesehatan melainkan juga karena ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan hingga masalah lingkungan. Karena itu, dibutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat untuk mengatasi masalah ini.
“Kerja ini berefek kepada pembangunan, bila dilakukan dengan terarah, semua dinas berintegrasi. Bukan hanya angka stunting yang turun, tapi juga berefek ekonomi yang semakin baik, lingkungan dengan sanitasi yang semakin baik, kesehatan, pendidikan hingga generasi penerus bangsa ini yang berkualitas,” ujarnya.
“Tolong saya minta semuanya berpikirlah bahwa kerja ini tak semata-mata cuma melepaskan amanah kerja. Bayangkan kalau anak kita atau keluarga kita yang mengalaminya. Ada pahala yang besar karena ini menyangkut generasi-generasi muda yang akan membawa daerah kita untuk lebih baik,” kata Ijeck.
Dalam jangka panjang, Kadis PPKB Sumut Tengku Amri Fadli menyampaikan pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan lebih besar dalam menyebabkan terjadinya stunting.
“Stunting bukan hanya persoalan kesehatan, tetapi juga persoalan jumlah penduduk yang banyak, akses sanitasi yang layak dan kemiskinan, maka perlu ada RAD dan kebijakan pemerintah baik provinsi hingga kabupaten/kota dalam percepatan penurunan angka stunting,” sebutnya.
Tahun 2021, dipastikan ada 236.644 balita (usia 24-59 bulan) di Sumut yang tidak akan mampu berkontribusi di Indonesia Emas 2045. Intervensi yang dilakukan adalah menyelamatkan anak di bawah usia dua tahun (Baduta) atau balita usia 0-24 bulan yang masih bisa diintervensi.
“Maka upaya percepatan penurunan stunting fokus merawat dan mencegah bertambahnya balita stunting sampai tahun 2024, dengan strategi Sabdah (1 bebas 2 cegah). Satu bebas yakni rawat bayi agar bebas stunting di tahun 2024. Dua cegah agar tidak jadi stunting sampai tahun 2024 dan bayi lahir tahun 2022-2024 tidak stunting,” ujarnya.
Kadis Perkim Sumut Alfi Syahriza juga menyampaikan programnya untuk mendukung penurunan stunting, yakni peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh seluas 10-15 hektare di beberapa daerah. Plt Kadis Lingkungan Hidup Sumut Siti Bayu Nasution menambahkan pihaknya memiliki program kampung iklim.
“Kampung iklim ini tak hanya fokus meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim saja, tapi juga cara masyarakat bisa memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungan, sanitasi, air bersih, sanitasi yang dapat juga menurunkan angka stunting,” ujarnya. (wol/aa/d1)
editor AUSTIN TUMENGKOL
Discussion about this post