MEDAN, Waspada.co.id – Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, resesi sudah menjangkiti beberapa negara di dunia saat ini dan diyakini akan menjadi resesi global pada tahun 2023 mendatang.
“Justru tidak perlu disikapi dengan menahan belanja oleh masyarakat menengah ke atas. Karena salah satu motor pertumbuhan ekonomi kedepan adalah belanja masyarakat. Jadi arahan berhemat itu bukan semata mata untuk mengurangi belanjanya, tetapi lebih kepada bagaimana bersikap bijak menjaga daya beli,” tuturnya, Selasa (25/10).
Diketahui, yang menjadi persoalan belakangan ini adalah, terjadinya kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat atau biasa dikenal inflasi. Di sisi lain pendapatan masyarakat justru tidak naik atau justru di sejumlah masyarakat tertentu pendapatannya malah berkurang.
Jadi, lanjutnya, anjuran untuk berhemat, menabung atau berinvestasi ini sebenarnya perlu diperjelas dengan level daya beli atau isi kantong masyarakat itu sendiri.
“Sementara itu, masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, dan masih memiliki pengeluaran untuk kebutuhan lain seperti membayar cicilan, berwisata atau bahkan berbelanja. Akan tetapi memiliki kemampuan untuk berinvestasi yang terbatas. Maka masyarakat di level tersebut harus memiliki kendali terhadap pengeluarannya,” katanya.
Masyarakat di level ini akan dihadapkan pada keyakinan untuk memastikan pendapatannya di masa yang akan datang stabil. Umumnya mereka yang berpenghasilan tetap tidak perlu mengkuatirkan kondisi keuangan kedepan.
Tentunya masyarakat tersebut memiiki kemampuan untuk terus berbelanja dan meneruskan pengeluaran rutin setiap harinya.
“Tetapi bagi masyarakat di level ini sebagian juga bisa saja menjadi lebih berhati hati seperti melakukan penghematan pengeluaran. Dan masyarakat di level ini tentunya sangat berpeluang untuk menjadi masyarakat yang irit belanja,” ungkapnya.
“Masyarakat kelas menengah yang mampu masih memiliki kemampuan untuk berbelanja, meskipun sebagian lagi justru berpeluang mengerem atau mengurangi belanjanya,” ujarnya.
Masyarakat yang sudah mapan dan banyak melakukan investasi, katanya, tentunya belanjanya diharapkan untuk terus dipacu. Akan tetapi sayangnya kenaikan suku bunga acuan atau BI rate yang terjadi belakangan ini, justru bisa membuat masyarakat di level atas ini lebih senang menabungkan uangnya.
“Jadi kesimpulannya adalah bahwa belanja rumah tangga yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi tetap mengalami gangguan. Secara nasional pertumbuhan ekonomi di tahun depan yang menyentuh 4% itu sudah sangat bagus. Sementara untuk Sumut akan berkisar 2,6 hingga 3%,” pungkasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post