BINJAI, Waspada.co.id – Cuaca ekstrem diprediksi masih akan menghantam sejumlah kawasan di Kota Binjai yang belakangan berdampak banjir di beberapa tempat lantaran tingginya intensitas hujan.
Catatan BPBD Binjai per 21 November 2022, curah hujan yang cukup tinggi pada Minggu (21/11) kemarin membuat Tinggi Muka Air (TMA) Daerah Aliran Sungai (DAS) Bingai naik 250 cm, DAS Mencirim 290 cm, dan DAS Bangkatan 170 cm.
Banjir mendampak 893 Kepala Keluarga yang meliputi Kecamatan Binjai Selatan, Binjai Barat, Binjai Kota dan Binjai Timur.
Data yang diperoleh dari BPBD Binjai:
• Kecamatan Binjai Selatan
1. Kelurahan Rambung Barat.
Total 183 KK =732 Jiwa
Lingkungan II = 17 KK
Lingkungan III = 36 KK
Lingkungan IV = 17 KK
Lingkungan V = 88 KK
Lingkungan VI = 25 KK
2. Kelurahan Binjai Estate
Total 30 KK = 110 Jiwa
Lingkungan X = 30 KK
3. Kelurahan Rambung Timur
Total 50 KK = 200 Jiwa
Lingkungan I = 50 KK
• Kecamatan Binjai Kota
1. Kelurahan Setia
Total 189 KK = 756 Jiwa
Lingkungan I = 19 KK
Lingkungan II = 8 KK
Lingkungan III = 132 KK
Lingkungan IV = 30 KK
2. Kelurahan Kartini
Total 12 KK = 48 Jiwa
Lingkungan VI = 12 KK
• Kecamatan Binjai Timur
1.Kelurahan Mencirim
Total 305 KK = 1200 Jiwa
Lingkungan I = 150 KK
Lingkungan II = 125 KK
Lingkungan IV =8 KK
Lingkungan VI = 12 KK
Lingkungan VII =7 KK
Lingkungan IX = 3 KK
2.Kelurahan Timbang Langkat
Total 100 KK = 292 Jiwa
Lingkungan I = 35 KK
Lingkungan V = 28 KK
Lingkungan VI= 37 KK
•Kecamatan Binjai Barat
1.Kelurahan Payaroba
Total 124 KK = 380 Jiwa
Lingkungan I = 30 KK
Lingkungan IV = 31 KK
Lingkungan V = 11 KK
Lingkungan VIII= 52KK.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Binjai Imam Santoso, menilai ada sejumlah faktor lain penyebab terjadinya banjir di sejumlah kawasan.
Selain intensitas hujan yang tinggi, drainase tak mampu menahan volume air.
“Tata kota kita untuk penampungan air belum tersedia. Penyebab banjir karena drainase tak mampu menampung debit air,” ucapnya, di skala kawasan Posko dapur umum BPBD Binjai, daerah taman PUPR, Kelurahan Mencirim, Senin (22/11).
Imam mencontohkan, dulunya, ucap dia, tempat penampungan air itu kawasan sawah, namun seiring perkembangan Kota, perumahan kan mulai padat, sehingga tempat serapan air hilang.
“Kawasan serapan air berkurang karena perumahan mulai padat. Disisi lain, salah satu faktor juga akibat sampah, maka masyarakat pun diimbau jangan buang sampah di sungai agar tak menambah potensi kebanjiran,” tambah Imam.
Menurutnya, jika ingin solusi, maka perlu tempat penampungan atau sistem pengendalian air untuk mengantisipasi kebanjiran.
“Ya, bisa dibuat semacam DAM atau bendungan gitu. Atau semacam tempat serapan air. Tapi dalam situasi sekarang, saat ini masyarakat harus waspadai potensi banjir. Jika ada saluran drainase atau parit yang gak jalan airnya, bisa la dibersihkan supaya airnya ngalir. Karena berdasarkan prediksi BMKG, diperkirakan intensitas hujan tinggi hingga Januari 2023,” ungkap Imam Santoso. (wol/rid/d1)
Editor AGUS UTAMA
Discussion about this post