MEDAN, Waspada.co.id – Kenaikan komoditas mampu mendorong pertumbuhan ekonomi tumbuh 4,73% selama tahun 2022. Angka ini lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi secara nasional.
“Pertumbuhan ekonomi Sumut dengan pendekatan harga berlaku atau nominal menunjukan bahwa struktur ekonom diuntungkan dengan kenaikan harga komoditas khususnya sawit selama tahun 2022,” demikian dijelaskan Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (13/2).
Sumut harus mewaspadai fenomena penggunaan tenaga kerja yang mengalami penurunan yang sempat terjadi di beberapa wilayah di Indonesia tanpa terkecuali wilayah Sumut.
“Fenomena karyawan kontrak di rumahkan ini menjadi indikasi awal bahwa bisa saja berdasarkan harga konstan, pertumbuhan ekonomi Sumut tidak sebesar rilis pertumbuhan ekonomi sekarang ini,” katanya.
Pasalnya penurunan penggunaan tenaga kerja mengindikasikan adanya penurunan dari sisi output produksi. Dampak rentetan dari penurunan output itu nantinya akan berimbas pada penurunan konsumsi rumah tangga.
“Ditambah lagi, sejauh ini indeks keyakinan konsumen masih di bawah 100, yang artinya masyarakat saat ini masih meragukan belanja mereka di tahun 2023,” ungkapnya.
Salah satu alasan yang membuat masyarakat pesimis terkait dengan belanja mereka adalah adanya gangguan ekonomi di tahun 2023. Masyarakat menilai bahwa terjadi potensi penurunan omset maupun penjualan barang tahan lama lainnya. Ini menjadi kabar yang tidak menggembirakan di tengah rilis pertumbuhan ekonomi Sumut yang masih dalam trend positif.
“Jika melihat kegiatan dunia usaha belakangan ini, sektor pertanian, perkebunan dan kehutan hingga industri pengolahan, lanjutnya, memang terlihat bagus hingga kuartal kedua. Namun trennya menurun hingga penutupan tahun 2022 seiring dengan penurunan harga komoditas seperti CPO, batubara dan emas,” ungkapnya.
Demikian halnya juga dengan tanaman hortikultura yang mengalami penurunan harga pada kuartal keempat, jika tren harga komoditas yang turun ini berlanjut di tahun 2023 mendatang maka sejumlah kabupaten kota yang lebih banyak mengandalkan sektor pertanian (tanaman pangan, hortikutura, peternakan dan perikanan), masih akan mampu mencetak pertumbuhan sekalipun mengalami perlambatan.
“Namun jika harga komoditas perkebunan turun seperti sawit, pertumbuhan ekonomi secara nominal (harga berlaku) ini bisa menyebabkan kontraksi pada perekonomian Sumut di tahun ini. Secara ril atau harga konstan, maka yang perlu dipertahankan adalah produksinya,” ungkapnya
“Jadi kalau berbicara sawit, yang paling penting bagaimana meningkatkan demand sawit untuk dijadikan konsumsi di dalam negeri. B35 menjadi salah satu motor konsumsinya karena tren harga sawit dalam penurunan di pasar global pada tahun ini,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post