MEDAN, Waspada.co.id – Polemik larangan monza dan asumsi masyarakat terhadap perbandingan produk luar dan produk lokal serta terkait harga saat ini masih hangat menjadi perbincangan.
Menanggapi hal ini, Ekonom Sumut Gunawan Benjamin mengatakan bahwa faktor harga masih menjadi yang utama dijadikan acuan untuk membeli bagi masyarakat.
“Namun, selanjutnya baru membandingkan kualitasnya, Kalau ada pedagang yang menyatakan bahwa masa pakai pakaian bekas impor lebih lama dibandingkan dengan yang baru, namun harganya tidak jauh berbeda itu benar adanya, artinya memang konsumsi masyarakat sangat berbeda-beda,” ungkapnya, Jumat (24/3).
Maka memang yang perlu dicari tahu pertama adalah seberapa besar impor pakaian bekas ini masuk ke pasar. Walaupun pada dasarnya aturan pemerintah melarang impor pakaian bekas. Faktanya pakaian bekas tetap masuk yang jangan jangan tanpa bayar pajak sehingga harganya jadi sangat murah.
“Jadi masyarakat akan lebih memilih barang impor dengan kualitas yang bagus bila dibandingkan dengan produk lokal yang harganya juga relatif mahal,” ucapnya.
Kembali lagi, tergantung selera masyaraka, kalau impor dilarang, tentu agak jadi permasalahan besar di pedagang monza tapi juga di masyarakat kemungkinan besar akan memilih produk luar yang dijual di mal-mal.
Menurutnya, untuk menghidupkan industri lokal, maka bukan hanya melulu barang bekas impor yang diperangi. Tapi bagaimana juga membatasi impor pakaian jadi baru dari luar yang angkanya cukup besar.
“Jangan sampai impor pakaian bekas diperangi, namun justru industri lokalnya juga tidak hidup. Kalau ingin agar industri lokal yang menguasai pasar, maka masalah utama adalah bagaimana mengurangi ketergantungan akan pakaian baru dari negara lain. Selanjutnya baru mempertimbangkan kebijakan untuk pakaian bekasnya,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post