MEDAN, Waspada.co.id – Berdasarkan data BPS menunjukan bahwa jumlah wisatawan manca Negara (wisman) yang berkunjung ke Sumatera Utara melalui empat pintu masuk mengalami penurunan pada bulan Januari.
Besaran angka penurunannya sendiri sebanyak 26,06 persen dibandingkan dengan bulan Desember.
Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, menuturkan sementara itu tingkat akupansi hotel rata rata 42,59 persen.
“Terjadi peningkatan tingkat akupansi di atas 53 persen dari beberapa hotel besar yang ada di Kota Medan. Bahkan saya juga menemukan ada tingkat okupansi hotel yang mencapai 63 persen saat menjelang ajang F1H2O di Kota Medan,” tuturnya, Selasa (7/2).
Bahkan di Balige dan Parapat itu ketersediaan kamar dan tempat penginapan ludes terjual.
“Jadi kita tunggu saja rilis data dari BPS untuk kinerja sektor pariwisata di Sumut di bulan Februari nanti. Karena dari hitung hitungan saya, kunjungan wisatawan di Balige maupun danau toba dan sekitarnya termasuk dari Kota Medan itu meningkat tajam saat ajang F1 Powerboat,” ucapnya.
Ia juga menambakan bahwa dampak ekonomi yang lebih luas dari perhelatan tersebut juga sangat dirasakan oleh Balige maupun sejumlah wilayah lainnya di sekitar Danau Toba.
“Jika melihat antusias masyarakat yang diperkirakan sekitar 25 ribu wisatawan yang hadir selama perayaan puncak. Dan ada sekitar 1000 pelaku UMKM yang terlibat di dalamnya. Maka potensi uang beredar saat acara puncak berlangsung di sekitar balige itu berkisar Rp3,7 Milyar hingga Rp5 Milyar,” katanya lagi.
Jadi menghitungnya begini, kata Gunawan, masyarakat atau wisatawan nusantara itu pada umumnya mulai berkumpul pukul 08.00 hingga pukul 18.00 sore. Potensi uang yang dibelanjakan ada di jam tersebut, dan belum menghitung belanja tiket nonton, karena untuk membeli tiket ini bukan hanya disediakan oleh panitia saja, namun juga ada yang dijual masyarakat sekitar.
“Kalau dilihat dari sisi pengeluaran masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi di kabupaten Toba Samosir itu bisa mencapai 7,3 persen di kuartal pertama tahun 2023. Dan jika menambahkan investasi untuk pengembangan kawasan wisata yang diperuntukan sebagai ajang perlombaan. Di mana dari estimasi saya nilainya bisa mencapai 40 miliar, maka pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Toba Samosir itu bisa mencapai 11 hingga 12,5 persen di kuartal pertama, dengan pendekatan harga berlaku,” ucapnya.
“Dan sangat timpang jika membandingkan pertumbuhan ekonomi kabupaten toba samosir tahun 2021 yang di level 2, 92 persen (pendekatan harga rill atau konstan), hitungan itu masih di Kabupaten Toba Samosir saja, belum menghitung dampak ekonomi ajang tersebut pada Kecamatan Parapat, Kabupaten Simalungun serta dampaknya di Kota Medan,” tandasnya. (wol/eko/d1)
Discussion about this post