MEDAN, Waspada.co.id – Beberapa waktu lalu, pemerintah mulai melarang bisnis pakaian bekas impor atau dikenal dengan sebutan monza, karena dianggap mengganggu pertumbuhan produk lokal dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Kebijakan ini juga mendapatkan respon yang kurang mengenakan dari para pedagang Monza yang ada di Kota Medan dan merasa kecewa dengan kebijakan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin, mengungkapkan sejauh ini belum bisa memastikan apakah industri lokal memang benar benar dihancurkan dengan kehadiran monza tersebut.
“Karena sejauh ini banyak industri tekstil lokal yang hancur dikarenakan pangsa pasar ekspornya tergerus, namun memang ada pelaku usaha umkm yang memang perlu kita lindungi disitu. Akan tetapi kajian mendalam dibutuhkan untuk memastikan apakah monza ini memiliki segmentasi pasar yang tersendiri atau justru menggerus pasar tekstil lokal,” tuturnya, Senin (20/3).
Karena memang banyak industri tekstil sekarang yang terpuruk seiring dengan ancaman resesi global yang kian memburuk belakangan ini.
“Dan setau saya monza ini sudah ada sejak tahun 90 an di Kota Medan dan Monza kalau didatangkan dari tanah air, saya pikir tidak ada masalah. Tapi yang impor ini saya juga tidak begitu memahami bagaimana teknis dilapangan untuk menghambatnya,” ucap Gunawan.
Lantas, karena tidak mau berspekulasi terkait keberhasilan pemerintah dalam melarang monza, kehadiran monza di Sumut, itu tentunya sudah menyerap banyak tenaga kerja khususnya pedagang.
“Bahkan saya juga telah melakukan observasi terkait monza di beberapa pasar mingguan (pekanan) serta di pajak melati,” ungkapnya.
Gunawan menambahkan ternyata kehadiran pedagang monza itu menjadi salah satu daya tarik yang paling besar buat pengunjung datang ke pajak atau ke pasar.
“Dari pekanan yang selalu tersedia pasar monzanya, ternyata monza itu menjadi prioritas belanja kedua setelah makanan pokok, dan dari wawancara pedagang sepatu baru bermerek, mereka juga kerap menemukan pembeli yang membandingkan antara harga pakaian baru atau sepatu baru dengan monza,” tambahnya.
“Dari 10 pembeli setidaknya ada 8 yang membanding bandingkan harga serta kualitas antara yang baru dengan monza. Jadi monza ini telah mengambil pangsa pasar yang signifikan dalam peredaran barang kebutuhan pakaian dan sepatu di sumatera utara,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Discussion about this post