JAKARTA, Waspada.co.id – Nilai tukar rupiah hari ini akan terpengaruhi sentimen global terutama data ekonomi China dan Amerika Serikat.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan rupiah diperdagangkan melemah sekitar 0,13 persen menjadi Rp15.300 per dolar AS pada akhir pekan lalu meskipun data ekonomi China mengangkat sentimen risk-on di pasar Asia.
Rupiah masih dipengaruhi oleh data klaim pengangguran AS karena dibuka lebih lemah hingga mencapai Rp15.318 per dolar AS.
“Selama sepekan lalu, rupiah bergerak sideways di tengah rilis data ekonomi China dan AS. Rupiah diperdagangkan lebih lemah sebesar 0,49 persen secara mingguan,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (6/3).
Sementara itu, kata Josua, mayoritas imbal hasil atau yield Surat Utang Negara (SUN) acuan tercatat naik 1-2 basis poin karena tren pelemahan rupiah. Pekan lalu, yield SUN 10 tahun naik sebesar 18 bps menjadi 6,98 persen.
Volume perdagangan obligasi pemerintah mencatat rata-rata Rp14,46 triliun minggu lalu, lebih tinggi dari volume perdagangan minggu sebelumnya sejumlah Rp11,09 triliun. Adapun hari ini nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada di rentang Rp15.250-Rp15.350 per dolar AS.
Sebagai catatan, pemerintah Tiongkok menetapkan target pertumbuhan ekonomi moderat sekitar 5 persen untuk tahun ini, dengan para pemimpin tertinggi negara ini membatasi pemberian stimulus besar untuk memacu pemulihan yang digerakkan oleh konsumen. Hal ini mengisyaratkan sedikitnya dorongan pertumbuhan untuk ekonomi dunia yang sedang melemah.
Meskipun demikian, lanjut Josua, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan sekitar 5 persen pada tahun ini memberikan dampak positif bagi negara-negara Asean termasuk Indonesia yang memiliki hubungan dagang yang erat dengan Tiongkok.
“Kondisi tersebut diperkirakan akan tetap menjaga momentum permintaan volume ekspor dari negara-negara Asean,” jelasnya. (wol/bisnis/ari/d1)
Discussion about this post