Oleh:
Dr. Ir. Wira Dharma, S.Si, M.P, M.Si
Waspada.co.id – Kita merasa senang sekaligus bangga dengan potensi bonus demografi Indonesia dan peluang untuk menjadi negara besar pada tahun 2045. Potensi bonus demografi itu akan terjadi pada rentang 2030-2045. Pada periode tersebut, proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia akan mencapai jumlah yang signifikan, sementara proporsi penduduk usia non-produktif (anak-anak dan lansia) akan relatif lebih rendah.
Memang, potensi bonus demografi dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mencapai kemajuan yang signifikan di berbagai bidang. Namun, penting untuk diingat bahwa bonus demografi sendiri bukan jaminan langsung bahwa Indonesia akan menjadi negara besar. Bonus demografi hanya memberikan modal awal yang berharga dalam bentuk populasi muda yang produktif. Keberhasilan Indonesia dalam mencapai status sebagai negara besar di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana pemerintah dan masyarakat mengelola potensi tersebut.
Untuk menjadi negara besar, Indonesia perlu melakukan transformasi yang holistik di berbagai sektor. Diperlukan upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan agar tenaga kerja dapat bersaing secara global. Selain itu, investasi dalam infrastruktur, riset dan inovasi, pengembangan industri, dan kondisi alam. Kondisi alam memang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan suatu negara dalam mencapai potensinya. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam memiliki potensi besar untuk memanfaatkan kekayaan alamnya sebagai faktor pendukung dalam mencapai status sebagai negara besar.
Deforestasi
Menarik memang apa yang dimuat di CNN Indonesia dikutip dari ANTARA “Melalui analisis dan informasi dari berbagai sumber, hutan Aceh mengalami deforestasi tidak kurang dari 10 ribu hektare per tahun selama waktu lima tahun terakhir”, kata wali nangroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al Haytar di Banda Aceh. Diperkirakan laju kerusakan hutan di Indonesia adalah 1.080.000 ha per tahun. Sementara data laju deforestasi di Indonesia menurut perkiraan World Bank antara 700.000 sampai 1.200.000 ha per tahun.
Ini maknanya ada 100.000 ha hutan hilang per bulan atau 3.333 ha per hari terjadinya deforestasi di Indonesia. Jika ini benar, menunjukkan adanya masalah serius dalam pengelolaan hutan di wilayah Indonesia. Deforestasi yang berkelanjutan dapat memiliki dampak yang merugikan, seperti kehilangan habitat bagi flora dan fauna, kerusakan ekosistem, erosi tanah, banjir, dan hilangnya sumber mata air.
Kita tahu bahwa salah satu penyebab perubahan iklim global adalah deforestasi atau hilangnya hutan. Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada periodisasi hutan kita tahun 2023 menuju tahun 2045 saat dimana Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Menurut laporan National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang dimuat pada Katadata, pada 2022 suhu permukaan bumi naik 0,89 derajat Celcius (°C) dibanding suhu rata-rata tahunan periode 1951-1980.
Sementara peningkatan suhu Indonesia menurut BMKG terdapat anomali sebesar 0,20 C. Anomali suhu udara Indonesia pada bulan April 2023 ini merupakan nilai anomali tertinggi ke-7 sepanjang periode data pengamatan sejak 1981.
Pengaruh kerusakan
Kerusakan alam dapat mempengaruhi keberhasilan bonus demografi dan mengurangi potensi ekonomi yang diharapkan. Penyebab kerusakan alam yang dapat membatalkan bonus demografi adalah:
(1) Perubahan iklim: Perubahan iklim yang disebabkan oleh kerusakan alam, seperti pemanasan global, polusi udara, dan peningkatan intensitas cuaca ekstrem, hal ini dapat mengganggu produksi pertanian, sektor perikanan, dan sumber daya alam lainnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan ketidakpastian dalam menciptakan lapangan kerja, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi manfaat dari bonus demografi.
(2) Penurunan kualitas lingkungan hidup: Kerusakan alam, seperti deforestasi, pencemaran air, dan kehilangan keanekaragaman hayati, dapat mengurangi kualitas lingkungan hidup. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan penduduk dan menyebabkan peningkatan penyakit, yang dapat mengurangi produktivitas dan partisipasi angkatan kerja penduduk usia produktif.
(3) Bencana alam: Kerusakan alam, seperti banjir, gempa bumi, dan badai, dapat menyebabkan kerusakan infrastruktur, kehilangan harta benda, dan hilangnya nyawa. Bencana alam yang sering terjadi dapat menghancurkan potensi ekonomi, menciptakan ketidakstabilan, dan menghambat pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.
(4) Penurunan sumber daya alam: Kerusakan alam dapat mengakibatkan penurunan ketersediaan sumber daya alam yang penting bagi kegiatan ekonomi, seperti air bersih, lahan pertanian yang subur, dan keanekaragaman hayati. Ketika sumber daya alam ini menipis, dapat terjadi persaingan yang meningkat untuk mendapatkan akses ke sumber daya tersebut, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan ketidakadilan sosial.
Balik kita pada kerusakan alam yang buntut dari ini adalah batalnya bonus demografi Indonesia. Untu mengatasi dampak negatif kerusakan alam terhadap batalnya bonus demografi, diperlukan upaya yang menyeluruh untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan ketahanan terhadap perubahan alam.
Hal ini termasuk upaya perlindungan lingkungan, mitigasi perubahan iklim, pemulihan ekosistem yang rusak, peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya, dan peningkatan adaptasi terhadap bencana alam. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta juga diperlukan untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan memperkuat keberhasilan bonus demografi dalam jangka panjang.
Langkah perbaikan
Untuk mengatasi perubahan iklim global, sangat penting untuk memprioritaskan pelestarian hutan dan pengelolaan yang berkelanjutan. Hal ini melibatkan perlindungan terhadap hutan yang ada, rehabilitasi hutan yang rusak, dan penghentian praktik-praktik deforestasi yang merusak.
Selain itu, diperlukan juga upaya dalam mempromosikan keberlanjutan dalam sektor pertanian, kehutanan, dan industri lainnya untuk mengurangi tekanan terhadap hutan. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta juga memiliki peran penting dalam mengatasi deforestasi. Diperlukan kerjasama yang erat antara semua pihak untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung pelestarian hutan, melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan, dan mempromosikan praktik-praktik bertanggung jawab dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Memahami pentingnya menjaga lingkungan dan alam, serta mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, adalah langkah yang penting dalam memastikan bahwa bonus demografi Indonesia dapat memberikan manfaat jangka panjang. Kita tidak ingin melihat potensi bonus demografi terhambat atau terancam oleh kerusakan lingkungan dan hilangnya hutan.
Dengan menjaga lingkungan dan sumber daya alam, kita dapat membangun fondasi yang kuat bagi pembangunan berkelanjutan, termasuk mencapai bonus demografi yang berkelanjutan di Indonesia. Dengan memikirkan masa depan dan mengambil tindakan saat ini, kita dapat menghindari penyesalan di kemudian hari dan menciptakan lingkungan yang lestari untuk generasi mendatang.
Dengan mengurangi deforestasi dan memperkuat upaya pelestarian hutan, kita dapat memberikan kontribusi positif dalam mengatasi perubahan iklim global dan menjaga keanekaragaman hayati serta keseimbangan ekosistem yang penting bagi keberlangsungan hidup kita dan generasi mendatang. Kita berharap alam tidak membatalkan bonus demografi Indonesia atau kita akan menyesal nanti.
*Penulis adalah Koordinator Program Studi Magister Biologi USK
Discussion about this post