MEDAN, Waspada.co.id – Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mengalami deflasi yang cukup dalam yakni sebesar 0,82% di Juli 2024. Turunnya harga komoditas pangan terutama cabai merah dan bawang merah menjadi pemicu utama.
Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, menuturkan secara berturut-turut, Sumut mengalami deflasi selama dua bulan terakhir ini.
“Komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan deflasi m-to-m pada Juli 2024, antara lain: cabai merah, bawang merah, tomat, daging ayam ras, ikan tongkol, ikan kembung, ikan lele, cabai hijau, kacang panjang, kol putih, telur ayam ras, ketimun, udang basah, sawi hijau, sawi putih/pecay/pitsai, terong, brokoli, jengkol, ikan asin teri, jeruk, dan labu siam/jipang,” tuturnya, Kamis (1/8).
Deflasi tersebut, mendorong inflasi tahunan atau year on year (yoy) terkoreksi cukup besar, hingga menempatkan inflasi yoy Sumut untuk pertama kali berada dibawah rata-rata inflasi nasional.
“Inflasi yoy Sumut sebesar 2,06% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,87. Sementara inflasi yoy nasional tercatat sebesar 2,13%,” ujarnya.
Dari 8 kota/kabupaten IHK di Sumut, inflasi yoy tertinggi terjadi di Kota Padangsidimpuan sebesar 2,80% dan terendah terjadi di Kabupaten Labuhanbatu sebesar 1,22%. Sementara untuk Kota Medan inflasi yoy sebesar 2,39%, Gunungsitoli inflasi 1,86%, Pematangsiantar inflasi 2,37%, Sibolga inflasi 2,70%.
“Kemudian untuk Kabupaten Karo inflasi yoy tercatat sebesar 2,26%, dan Kabupaten Deliserdang inflasi yoy sebesar 1,37%,” kata Asim.
Jika dilihat lebih rinci lanjut Asim, inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks sebagian besar kelompok pengeluaran. Yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,63%, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,44%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,46%.
Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,75%, kelompok kesehatan sebesar 1,47%, kelompok transportasi sebesar 0,43%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,87%.
Kelompok pendidikan sebesar 1,64%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,24%, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,91%.
“Sementara kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar 0,08%,” tambah Asim yang baru sebulan menjabat Kepala BPS Sumut ini.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi y-on-y pada Juli 2024, antara lain: beras, cabai merah, emas perhiasan, Sigaret Kretek Mesin (SKM), gula pasir, bawang merah, cabai rawit, kentang, minyak goreng, akademi/Perguruan Tinggi, cabai hijau, sewa rumah, ikan nila, Sigaret Kretek Tangan (SKT), jengkol, kopi bubuk, Sigaret Putih Mesin (SPM), upah asisten rumah tangga, bensin, dan mie.
“Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain: tomat, daging ayam ras, udang basah, ikan dencis, ikan tongkol/ambu-ambu, ikan kembung/gembung, pir, ikan asin teri, sawi putih/pecay/ pitsai, tembakau, cumi-cumi, sawi hijau, bawang putih, ketimun, daging sapi, kacang panjang, angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, hand body lotion, dan pepaya,” tandasnya. (wol/eko/d2)
Editor: Ari Tanjung
Discussion about this post